Analisis Perkembangan Remaja
ANALISIS PERKEMBANGAN REMAJA
Choirul
Annas, S.Pd
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masa remaja sering disebut masa transisi.
Sebab, di masa ini seseorang beralih dari masa anak-anak ke masa dewasa. Masa
ini terjadi pada usia belasan. Banyak sekali perubahan yang terjadi dalam diri
seseorang yang perubahan fisik.
Remaja terlibat dalam jaringan teman
sebaya yang sangat kuat selama menggali jati diri mereka. Di masa ini, selain
mengalami perubahan pada diri seseorang yang menginjak remaja, juga terjadi
perkembangan-perkembangan terutama dari sisi psikologis. Pada, tahap
perkembangan remaja ini terdapat beberapa teori perkembangan remaja termasuk
konsep, tahap dan karakteristik remaja. Secara keseluruhan, teori-teori ini
membantu untuk melihat keseluruhan mengenai remaja.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana
remaja dalam perkembangan manusia?
2. Bagaimana
hasil wawacara terkait perkembangan remaja?
3. Bagaimana
hasil analisis terkait hasil wawancara?
C.
Tujuan
1. Untuk mengetahui remaja dalam perkembangan manusia.
2. Untuk
mengetahui hasil wawacara terkait perkembangan remaja.
3. Untuk
mengetahui hasil analisis terkait hasil wawancara.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Teori
1.
Pengertian Remaja
Masa remaja menurut Mappiare
(1982), berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21tahun bagi wanita dan
13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Rentang usia remaja ini dapat dibagi
menjadi dua bagian, yaitu usia 12/13 tahun sampai dengan 17/18 tahun adalah
remaja awal, dan usia 17/18 tahun sampai dengan 21/22 tahun adalah remaja
akhir.
Remaja, yang dalam bahasa aslinya
disebut adolescence, berasal dari bahasa latin adolescere yang
artinya “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan”. Perkembangan lebih
lanjut, istilah adolescense sesungguhnya memiliki arti yang luas, mencakup
kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Pandangan ini didukung oleh
piaget (Hurlock, 1991) yang mengatakan bahwa secara psikologis , remaja adalah
suatu usia dimana individu menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa,
suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa dirinya berada dibawah tingkat orang
yang lebih tua melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar.
Remaja sebetulnya tidak mempunyai
tempat yang jelas. Mereka sudah tidak termasuk golongan anak-anak, tetapi belum
juga dapat diterima secara penuh untuk masuk ke golongan orang dewasa. Remaja
ada diantara anak dan orang dewasa. Oleh karena itu, remaja sering kali dikenal
fase “mencari jati diri” atau fase “topan dan badai”. Remaja masih belum mampu
menguasai dan memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya. Namun
yang perlu ditekankan disini adalah fase remaja merupakan fase perkembangan
yang tenga berada pada masa amat potensial, baik dilihat aspek kognitif, emosi,
maupun fisik. (Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, 2005:10)
2. Tugas-Tugas perkembangan Remaja
Tugas perkembangan masa remaja
difokuskan pada upaya meninggalkan sikap dan perilaku kekanak-kanakan serta
berusaha untuk mencapai kemampuan bersikap dan berperilku secara dewasa. Adapun
tugas-tugas perkembangan masa remaja, menurut Hurlock (1991) adalah berusaha:
a.
Mampu menerima keadaan fisiknya
b.
Mampu menerima dan memahami peran
seks usia dewasa
c.
Mampu membina hubungan baik dengan
anggota kelompok yang berlainan jenis
d.
Mencapai kemandirian emosional
e.
Mencapai kemandirian ekonomi
f. Mengembangkan konsep dan
keterampilan intelektual yang sangat diperlukan untuk melakukan peran sebagai
anggota masyarakat
g.
Memahami dan menginternalisasikan
nilai-nilai orang dewasa dan orangtua
h. Mengembangkan perilaku tanggung
jawab sosial yang diperlukan untuk memasuki usia dewasa
i.
Memepersiapkan diri untuk memasuki
perkawinan
j.
Memahami dan mempersiapkan sebagai
tanggung jawab kehidupan keluarga
k. Tugas-tugas perkembangan fase
remaja ini snagat berkaitan dengan perkembangan kognitifnya, yaitu fase
operasional. Kematangan pencapaian fase kognitif akan sangat membantu kemampuan
dalam melaksanakan tugas-tugas perkembangannya itu dengan baik. (Mohammad Ali
dan Mohammad Asrori, 2005:11)
3.
Karakteristik Umum Perkembangan Remaja
Masa remaja seringkali dikenal
dengan masa mencari jati diri, oleh Erickson disebut denagn identitas ego (ego
identity) (Bischof, 1983). Ini terjadi karena masa remaja merupakan
peralihan antara masa kehidupan anak-anak da masa kehidupan orang dewasa.
Ditinjau dari sego fisiknya, mereka sudah bukan anak-anak lagi melainkan sudah
seperti orang dewasa, ternyata belum dapat menunjukkan sikap dewasa.
Oleh karena itu, ada sejumlah sikap
yang sering ditunjukkan oleh remaja, yaitu sebagai berikut.
a.
Kegelisahan
Sesuai dengan fase perkembangannya,
remaja mempunyai banyak idealisme, angan-angan, atau keinginan yang hendak
diwujudkan di masa depan. Namun, sesungguhnya remaja belum memiliki banyak
kemampuan yang memadai untuk mewujudkan semua itu. Seringkali angan-angan dan
keinginannya jauh ebih besar dibandingkan dengan kemampuannya.
Selain itu, di satu pihak mereka
ingin mendapat pengalaman sebanyak-banyaknya untuk menambah pengetahuan, tetapi
dipihak lain mereka merasa belum mampu melakukan berbagai hal dengan baik
sehingga tidak berani mengambil tindakan mencari pengalaman langsung dari
sumbernya. Tarik menarik antara angan yang tinggi dengan kemampuannya yang
masih belum memadai mengakibatkan mereka diliputi perasaan gelisah.(Mohammad Ali
dan Mohammad Asrori, 2005:16)
b.
Pertentangan
Sebagi individu yang sedang mencari
jati diri, remaja berada pada situasi psikologis antara ingin melepaskan diri
dari orangtua dan perasaan masih belum mampu untuk mandiri. Oleh karena itu,
umumnya remaja sering mengalami kebingungan karena sering terjadi pertentangan
pendapat antara mereka dengan orangtua. Pertentangan yang sering terjadi itu
menimbulkan keinginan remaja untuk melepaskan diri dari orangtua kemudian
ditentangnya sendiri karena dalam diri remaja ada keinginan untuk memperoleh
rasa aman. Remaja sesungguhnya beum begitu berani mengambil resiko dari
tindakan meninggalkan lingkungan keluarganya yang jelas aman bagi dirinya.
Ta,bahan pula keinginan melepaskan diri itu belum disertai dengan kesanggupan
untuk berdiri sendiri tanpa bantuan orang tua dalam soal keuangan. Akibatnya,
pertentangan yang sering terjadi itu akan menimbulkan kebingungan dalam diri
remaja itu sendiri maupun pada orang lain.
c.
Mengkhayal
Keinginan untuk menjelajah dan
berpetualang tidak semuanya tersalurkan. Biasanya hambatannya dari segi
keuangan atau biaya. Sebab, menjelajah lingkunagnsekitar yang luas akan
membutuhkan biaya yang banyak, padahal kebanyakan remaja hanya memperoleh uang dari
pemberian orangtuanya. Akibatnya, mereka lalu mengkhayal, mencari kepuasan,
bahkan menyalurkan khayalannya melalui dunia fantasi. Khayalan remaja putra
biasanya berkisar pada soal prestasi dan jenjang karier, sedang remaja putri
lebih mengkhayalkan romantika hidup. Khayalan ini tidak selamanya bersifat
negatif. Seban khayalan ini kadang-kadang menghasilkan sesuatu yang bersifat
konstruktif, misalnya timbul ide-ide tertentu yang dapat direalisasikan.
d.
Aktivitas Berkelompok
Berbagai macam keinginan para
remaja seringkali tidak dapat terpenuhi karena bermacam-macam kendala, dan yang
sering terjadi adalah tidak tersedianya biaya. Adanya bermacam-macam larangan
dari orangtua seringkali melemahkan atau bahkan memmatahkan semangat para
remaja. Kebanyakan remaja menemukan jalan keluar dari kesulitannya setelah
mereka berkumpul dengan rekan sebaya untuk melakukan kegiatan bersama. Mereka
melakukan suatu kegiatan secara berkelompok sehingga berbagai kendala dapat
diatasi bersama-sama,
e.
Keinginan Mencoba Segala Sesuatu
Pada umumnya, remaja memiliki rasa
ingin tahu yang tinggi (high curiosity). Karena didorong oleh rasa ingin
tahuyang tinggi, remaja cenderung ingin bertualang, menjelajah segala sesuatu,
dan mencoba segala sesuatu yang belum pernah dialaminya. Selain itu, didorong
juga oleh keinginan seperti orang dewasa menyebabkan remaja ingin mencoba
melakukan apa yang sering dilakukan oleh orang dewasa. Akibatnya, tidak jarang
secara sembunyi-sembunyi, remaja pria mencoba merokok karena sering melihat orang
dewasa melakukannya. Seolah-olah dalam hati kecilnya berkata bahwa remaja ingin
membuktikan bahwa sebenarnya dirinya mampu berbuat seperti yang dilakukan oleh
orang dewasa. Remaja putri seringkali mencoba memakai kosmetik baru, meskipun
sekolah melarangnya.(Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, 2005: 17-18)
4.
Perkembangan Fisik
Perubahan-perubahan fisik merupakan
gejala primer dalam pertumbuhan masa remaja, yang berdampak terhadap
perubahan-perubahan psikologis (Sarwono, 1994). Anak laki-laki maupun
perempuan mengalami pertumbuhan fisik yang cepat, yang disebut “growth spurt”
(percepatan pertumbuhan), dimana terjadi perubahan dan percepatan pertumbuhan
diseluruh bagian dan dimensi badan (Zigler & Stevenson, 1993). Pertumbuhan
cepat bagi anak perempuan terjadi 2 tahun lebih awal dari anak laki-laki.
Umumnya anak perempuan mengalami pertumbuhan cepat pada usia 10,5 tahun dan
anak laki-laki pada usia 12,5 tahun. Bagi kedua jenis kelamin , pertumbuhan
cepat ini berlangsung selama kira-kira 2 tahun (Diamond & Diamond, 1986).
Menurut Zigler & Stevenson (1993), secara garis besarnya
perubahan-perubahan tersebut dapat dikelompokan dalam dua kategori, yaitu
perubahan yang berhubungan pertumbuhan fisik dan yang berhubungan dengan
perkembangan karakteristik seksual. (Desmita, 2009:190).
a.
Perubahan dalam Tinggi dan Berat
Tinggi rata-rata anak laki-laki dan
perempuan pada usia 12 tahun adalah sekitar 59 atau 60 inci. Tetapi, pada usia
18tahun, tinggi rata-rata remaja lelaki adalah 69 inci, sedangkan tinggi rata-rata
remaja perempuan hanya 64 inci. Tingkat pertumbuhan tertinggi terjadi pada usia
sekitar 11 atau 12 untuk anak perempuan dan 2 tahun kemudian untuk anak
laki-laki. Adapun faktor penyebab laki-laki rata-rata lebih tinggi dari pada
perempuan adalah Karen laki-laki memulai percepatan pertumbuhan mereka 2 tahun
lebih lambat dibandingkan anak perempuan. Percepatan pertumbuhan badan juga
terjadi dalam penambahan berat badan, yakni sekitar 13kg bagi anak laki-laki
dan 10kg bagi anak-anak perempuan (Malina, 1990). Meskipun berat badan juga
mengalami peningkatan selama masa remaja, namun ia lebih mudah dipengaruhi,
seperti melalui diet, latihan dan gaya hidup umumnya. (Desmita, 2009:191)
b.
Perubahan dalam Proporsi Tubuh
Percepatan pertumbuhan selama masa
remaja juga terjadi pada proporsi tubuh. Bagian-bagian tubuh tertentu yang
sebelumnya terlalu kecil, pada masa remaja menjadi terlalu besar. Hal ini
terlihat jelas pada pertumbuhan tangan dan kaki, yamg sering terjadi tidak
proporsional. Perubahan-perubahan dalam proporsi tubuh selama masa remaja, juga
terlihat pada perubahan cirri-ciri wajah, dimana wajah anak-anak mulai
menghilang, seperti dahi yang semula sempit sekarang menjadi lebih luas, mulut
melebar, dan bibir menjadi lebih penuh. Percepatan pertumbuhan otot
mengakibatkan terjadinya pengurangan jumlah lemak dalam tubuh. Perkembangan
otot dari jenis kedua kelamin terjadi dengan cepat ketika tinggi meningkat.
c.
Perubahan Pubertas
Pubertas ialah suatu periode dimana
kematangan kerangka dan seksual terjadi dengan pesat terutama pada awal
remaja.kematangan seksual merupakan suatu rangkaian dari perubahan-perubahan
yang terjadi pada masa remaja, yaitu ditandai dengan perubahan cirri-ciri seks
primer dan ciri-ciri seks sekunder. (Desmita, 2009:192).
1)
Perubahan Ciri-ciri Seks Primer
a)
Ciri-ciri seks primer laki-laki
Pertumbuhan yang cepat dari batang
kemaluan dan kantung kemaluan (skrotum) yang mulai terjadi pada usia sekitar 12
tahun dan berlangsung sekitar 5 tahun untuk penis dan 7 tahun untuk skrotum
(Seifert & Hoffnung, 1994). Perubahan-perubahan ini sangat dipengaruhi oleh
hormon, terutama hormon perangsang yang diproduksi oleh kelenjar bawah otak.
Hormon perangsang ini merangsang testis, sehingga menghasilkan hormone
testosterone dan androgen serta spermatozoa (Sarwono, 1994).
b)
Ciri-ciri seks primer perempuan
Munculnya periode menstruasi, yang
disebut dengan menarche, yaitu menstruasi yang pertama kali dialami oleh
seorang gadis. Mekanisme reproduksi anak perempuan telah matang, sehingga
memungkinkan mereka untuk mengandung dan melahirkan. Ovarium terletak dalam
rongga perut wanita bagian bawah, didekat uterus, yang berfungsi memproduksi
sel-sel telur.dan hormone-hormon estrogen dan progestrogen. Hormone
progestrogen berfungsi mematangkan dan mempersiapkan sel telur sehingga siap dibuahi.
Sedangkan, hormos estrogen adalah hormone yang mempengaruhi pertumbuhan
sifat-sifat kewanitaan pada tubuh seseorang (pembesaran payudara dan pinggul,
suara halus, dan lain-lain). Hormone ini juga dapat mengatur siklus haid.
2)
Perubahan Ciri-ciri Seks Sekunder
Tanda-tanda jasmaniah yang terlihat
pada laki-laki : tumbuh kumis dan janggut, jakun, bahu dan dada melebar, suara
berat, tumbuh bulu di ketiak, di dada, di kaki dan di lengan, dan di sekitar
kemaluan, serta otot menjadi kuat. Sedangkan, pada wanita adalah payudara dan
pinggul yang membesar, suara menjadi halus, tumbuh bulu di ketiak dan di
sekitar kemaluan. (Sarwono, 1993). (Desmita, 2009:193)
5.
Perkembangan Kognitif
Masa remaja adalah suatu periode
kehidupan dimana kapasitas untuk memperoleh dan menggunakan pengetahuan secara
efisien mencapai puncaknya (Mussen, Conger & Kagan, 1969). Karena selama
periode remaja ini, proses pertumbuhan otak mencapai kesempurnaan. Ketika
kemampuan kognitif mereka mencapai kematangan, kebanyakan anak remaja mulai
memikirkan tentang apa yang diharapkan dan melakukan kritik terhadap masyarakat
mereka, orang tua mereka, dan bahkan terhadap kekurangan diri mereka sendiri
(Myers, 1996). (Sarwono, 1993). (Desmita, 2009:194)
a.
Perkembangan Pengambilan Keputusan
Remaja yang lebih tua ternyata
lebih kompeten daripada remaja yang lebih muda, sekaligus lebih kompeten
dibandingkan dengan anak-anak. Meskipun demikian, ketrampilan pengambilan
keputusan oleh remaja yang lebih tua seringkali jauh dari kata sempurna, dan
kemampuan untuk mengambil keputusan tidak menjamin bahwa keputusan semacam itu
akan dibuat dalam kehidupan sehari-hari, dimana luasnya pengalaman sering
memainkan peran yang sangat penting. Tidak jarang remaja terpaksa mengambil
keputusan-keputusan yang salah karena dipengaruhi oleh orientasi masyarakat
terhadap remaja dan kegagalannya untuk member remaja pilihan-pilihan yang
memadai. Daniel Kating (1990), jika keputusan yang diambil remaja tidak
disukai, maka kita perlu memberi mereka suatu pilihan yang lebih baik untuk
mereka pilih. (Sarwono, 1993). (Desmita, 2009:198)
b.
Perkembangan Orientasi Masa Depan
Orientasi masa depan mengandung
aspek-aspek motivasional, afektif, dan aspek kognitif. Aspek motivasional dan
afektif dari orientasi masa depan berkaitan dengan pemuasan kebutuhan-kebutuhan
subjektif, termasuk kecenderungan untuk mendekatkan atau menjauhkan diri serta
dapat dinyatakan dalam sikap yang lebih optimis atau pesimis, lebih positif
atau negative, serta berhubungan pula dengan sistem nilai dan tujuan yang
dimiliki individu dan tergambar dalam skemata yang dibentuk mengenai diri dan
lingkungannya. Sementara itu, aspek kognitif dari orientasi masa depan
tergambar dalam struktur antisipasi yang dimiliki oleh individu. Dalam
mengantisipasi masa depan, individu dapat menghasilkan gambaran yang lebih
sederhana atau lebih kompleks, lebih luas atau lebih sempit, tepat, koheren
atau realistik, serta besarnya kontrol, yang dimiliki individu atas masa
depannya. (Sarwono, 1993). (Desmita, 2009:199)
c.
Perkembangan Kognisi Sosial
Bagian penting dari perubahan
perkembangan aspek kognisi sosial yaitu egosentrisme. Egosentrisme menurut
David Elkind, yakni kecenderungan remaja untuk menerima dunia (dunianya
sendiri) dari perspektifnya mereka sendiri. Dalam hal ini, remaja mulai
mengembangkan suatu gaya pemikiran egosentris, dimana mereka lebih mementingkan
tentang dirinya sendiri dan seolah-olah memandang dirinya dari atas. Remaja
mulai berfikir dan mengintrepetasikan kepribadian dengan cara sebagaimana yang
dilakukan oleh para ahli teori kepribadian berfikir dan mengintrepretasikan
kepribadian, dan memantau dunia sosial mereka dengan cara yang
unik. (Sarwono, 1993). (Desmita, 2009:205)
d.
Perkembangan Penalaran Moral
Moral merupakan suatu kebutuhan
penting bagi remaja, terutama sebagai pedoman menemukan identitas dirinya,
mengembangkan hubungan personal yang harmonis, dan menghindari konflik-konflik
peran yang selalu terjadi dalam masa transisi. Moralitas pada hakikatnya adalah
penyelesaian konflik antara diri dan diri orang lain, antara hak dan kewajiban
(Setiono, 1994). Dengan demikian, orang yang bertindak sesuai dengan moral
adalah orang yang mendasarkan tindakannya atas penilaian baik-buruknya sesuatu.
Tingkat penalaran moral remaja
berada pada tahap konvensional. Karena dibandingkan dengan anak-anak, tingkat
moralitas remaja sudah lebih matang. Mereka sudah mulai mengenal dengan
konsep-konsep moralitas seperti kejujuran, keadilan, kesopanan, kedisiplinan
dan sebagainya. Walaupun anak remaja tidak selalu mengikuti perinsip-perinsip
moralitas mereka sendiri, namun riset menyatakan bahwa prinsip-prinsip tersebut
menggambarkan keyakinan yang sebenarnya dari pemikiran moral
konvensional. (Sarwono, 1993). (Desmita, 2009:206)
e.
Perkembangan Pemahaman tentang
Agama
Bagi remaja, agama memiliki arti
yang sama pentingnya dnegan moral. Bahkan, sebagaimana dijlelaskan oleh Adams
& Gullota (1983), agama memberikan sebuah kerangka moral, sehingga membuat
seseorang mampu membandingkan tingkah lakunya. Agama dapat menstabilkan tingkah
laku dan bisa memberikan penjelasan mengapa dan untuk apa seseorang berada didunia
ini. Dalam suatu studi yang dilakukan Goldman (1962) tentang perkembangan
pemahaman agama anak-anak dan remaja dengan latar belakang teori perkembangan
kognitif , ditemukan tahap 3, yaitu formal operational religius thought, dimana
remaja memperlihatkan pemahaman agama yang lebih abstrak dan
hipotesis. (Sarwono, 1993). (Desmita, 2009:208)
6.
Perkembangan Psikososial
Selama masa remaja terjadi
perubahan-perubahan yang dramatis, baik dalam fisik maupun dalam kognitif. Perubahan- perubahan secara fisik kognitif tersebut,
ternyata berpengaruh terhadap perubahan dalam perkembangan psikososial mereka.
Beberapa aspek perkembangan psikososial adalah : (Sarwono,
1993). (Desmita, 2009:210)
a.
Perkembangan Individu dan Identitas
Dalam konteks Psikologi
Perkembangan, pembentukan identitas merupakan tugas utama dalam perkembangan
kepribadian yang di harapkan tercapai pada akhir masa remaja. Meskipun tugas
pembentukan identitas ini telah mempunyai akar-akarnya pada masa anak-anak,
namun pada masa remaja yang menerima dimensi-dimensi baru karena berhadapan
dengan perubahan-perubahan fisik, kognitif, dan relasional (Grotevant &
Cooper, 1998).
Selama masa remaja ini, kesadaran
akan identitas menjadi lebih kuat, karena itu ia berusaha mencari identitas dan
mendefinisikan kembali "siapakah" ia saat ini dan akan menjadi
"siapakah" atau menjadi "apakah" ia pada masa yang akan
datang. Perkembangan identitas selama masa remaja ini juga sangat penting karena
ia Memberikan suatu landasan bagi perkembangan psikososial dan relasi
interpersonal pada masa dewasa (Jones & Hartmann, 1988). (Sarwono,
1993). (Desmita, 2009:211)
b.
Perkembangan Hubungan dengan Orang
Tua
Perubahan-perubahan fisik, kognitif
dan sosial yang terjadi dalam perkembangan remaja mempunyai pengaruh yang besar
terhadap relasi orang tua-remaja. Salah satu ciri yang menonjol dari remaja
yang mempengaruhi relasinya dengan orang tua adalah perjuangan untuk memperoleh
otonomi, baik secara fisik dan psikologis. Karena remaja meluangkan lebih
sedikit waktunya bersama orang tua dan lebih banyak menghabiskan waktu untuk
saling berinteraksi dengan dunia yang lebih luas, maka mereka berhadapan dengan
bermacam-macam nilai dan ide-ide.
Seiring dengan terjadinya perubahan
kognitif selama masa remaja, perbedaan hidup yang dihadapi sering mendorongnya
untuk melakukan pemeriksaan terhadap nilai-nilai dan pelajaran-pelajaran yang
berasal dari orang tua. Akibatnya remaja mulai mempertanyakan dan menentang
pandangan-pandangan orang tua serta mengembangkan ide-ide mereka sendiri. Orang
tua tidak lagi dipandang sebagai otoritas yang serba tahu. Secara optimal,
remaja mengembangkan pandangan-pandangan yang lebih matang dan realistis dari
orang tua mereka.
Kesadaran bahwa mereka adalah
seorang yang memiliki kemampuan, bakat, dan pengetahuan tertentu, mereka
memandang orang tua sebagai orang yang harus dihormati, dan sekaligus sebagai
orang yang dapat berbuat kesalahan. Sebagian dari proses pencapaian otonomi
psikologis ini mengharuskan anak remaja untuk meninjau kembali gambaran tentang
orang tua dan mengembangkan ide-ide pribadi. (Sarwono,
1993). (Desmita, 2009:217-218)
c.
Perkembangan Hubungan dengan Teman
Sebaya
Pada prinsipnya hubungan teman
sebaya mempunyai arti yang sangat penting bagi kehidupan remaja. Dalam
literatur Psikologi Perkembangan diketahui satu klasik betapa pentingnya teman
sebaya dalam perkembangan sosial remaja. Dua ahli teori yang berpengaruh, yaitu
Jean Piaget dan Harry Stack Sullivas, menekankan bahwa melalui hubungan teman
sebaya anak dan remaja belajar tentang hubungan timbal balik yang simetris.
Anak mempelajari prinsip-prinsip kejujuran dan keadilan melalui peristiwa
pertentangan dengan teman sebaya. Mereka juga mempelajari secara aktif
kepentingan-kepentingan dan perspektif teman sebaya dalam rangka memuluskan
integrasi dirinya dalam aktivitas teman sebaya yang berkelanjutan. Kelly dan
Hansen (1987) menyebutkan enam fungsi positif dari teman sebaya,
yaitu: (Sarwono, 1993). (Desmita, 2009:219-221)
1)
Mengontrol impuls-impuls agresif.
2)
Memperoleh dukungan emosional dan
sosial serta menjadi lebih independen.
3)
Meningkatkan
keterampilan-keterampilan sosial, mengembangkan kemampuan penalaran, dan
belajar untuk mengekspresikan perasaan-perasaan dengan cara-cara yang lebih
matang.
4)
Mengembangkan sikap terhadap
seksualitas dan tingkah laku jenis kelamin.
5)
Memperkuat penyesuaian moral dan
nilai-nilai.
6)
Meningkatkan harga diri (self
esteem).
d.
Perkembangan Seksualitas
Salah satu fenomena kehidupan
remaja yang sangat menonjol adalah terjadinya peningkatan minat dan motivasi
terhadap seksualitas. terjadinya peningkatan perhatian remaja terhadap
kehidupan seksual ini sangat dipengaruhi oleh faktor perubahan-perubahan fisik
selama periode pubertas. Terutama kematangan organ-organ seksual dan perubahan
perubahan hormonal, mengakibatkan munculnya dorongan dorongan seksual dalam
diri remaja. Dorongan seksual remaja ini sangat tinggi, dan bahkan lebih tinggi
dari dorongan seksual orang dewasa. Sebagian anak muda yang belum memiliki
pengalaman tentang seksual, tidak jarang dorongan-dorongan seksual ini
menimbulkan ketegangan fisik dan psikis. (Sarwono, 1993). (Desmita, 2009:222-223)
e.
Perkembangan Proaktivitas
Proaktivitas adalah sebuah konsep
yang dikembangkan oleh Stephen R. Covey mengenai manusia sebagai makhluk yang
bertanggung jawab atas hidupnya sendiri. Perilakunya adalah fungsi dari
keputusan sendiri, Dan dia mempunyai inisiatif dan tanggung jawab untuk membuat
segala sesuatunya terjadi. Manusia tidak secara mekanistis merespons setiap
stimulus yang datang kepadanya, tetapi antara stimulus dan respons itu terdapat
kekuatan manusia yang amat besar, yaitu kebebasan untuk memilih. Secara lebih
tegas, Covey (1990) mendefinisikan Proaktivitas sebagai "kemampuan untuk
memiliki kebebasan dalam memilih respons, kemampuan mengambil inisiatif, dan
kemampuan untuk bertanggung jawab". (Sarwono, 1993). (Desmita, 2009:224-225)
f.
Perkembangan Resiliensi
Resiliensi (daya lentur) merupakan
sebuah istilah yang relatif baru dalam khasanah psikologi, terutama Psikologi
Perkembangan. Paradigma resiliensi didasari oleh pandangan kontemporer yang
muncul dari lapangan psikiatri, psikologi, dan sosiologi tentang bagaimana
anak, remaja dan orang dewasa sembuh dari kondisi stres, trauma dan resiko
dalam kehidupan mereka. Jumlah besar ahli psikologi menyadari betapa individu
(anak-anak, remaja, dan bahkan orang tua semakin membutuhkan kemampuan reliensi
untuk menghadapi kondisi-kondisi kehidupan abad 21 yang penuh dengan
perubahan-perubahan yang sangat cepat.
Perubahan-perubahan
yang sangat cepat tidak jarang berdampak tidak menyenangkan bagi individu. Sejumlah ahli psikologi memandang perlu
untuk membangun kekuatan individu. Resiliensi sebagai kekuatan dasar yang
menjadi fondasi dari semua karakter positif dalam membangun kekuatan emosional
dan psikologikal seseorang. Sejumlah riset yang membuktikan bahwa gaya berfikir
seseorang sangat ditentukan oleh reliensinya dan reliensi juga menentukan keberhasilan
seseorang. Tanpa reliensi tidak akan ada keberanian, ketekunan, tidak ada
rasionalitas. (Desmita, 2009:226-227)
7.
Beberapa Minat Remaja
Dalam masa remaja, minat yang
dibawa dari masa kanak-kanak cenderung berkurang dan diganti oleh minat yang
lebih matang. Juga karena tanggung jawab yang lebih besar yang harus dipikul oleh remaja
yang lebih tua dan berkurangnya waktu yang dapat digunakan sesuka hati, maka
remaja yang lebih besar terpaksa harus membatasi minatnya, terutama di bidang
rekreasi. Di samping itu, berdasarkan pengalaman, kebanyakan remaja
memperoleh nilai yang berbeda dan yang lebih matang. Ini tercermin dalam
beralihnya penekanan pada minat yang berbeda. Semua remaja muda sedikit banyak
memiliki minat dan ia juga memiliki minat-minat khusus tertentu yang terdiri
dari berbagai kategori, yang terpenting di antaranya adalah minat rekreasi,
minat sosial, minat pribadi, minat pada pendidikan, minat pada pekerjaan dan
lain-lain. (Elizabeth B. Hurlock, 1980:
216-217)
a.
Minat Rekreasi
Selama masa-masa remaja, remaja
cenderung menghentikan aktivitas rekreasi yang menuntut banyak pengorbanan
tenaga dan berhenti dari perkembangan kesukaan akan rekreasi yang di dalamnya
ia bertindak sebagai pengamat yang pasif. Karena banyaknya tekanan yang berasal
dari tugas-tugas sekolah, tugas-tugas rumah, kegiatan-kegiatan ekstra kulikuler
dan pekerjaan sesudah sekolah atau pekerjaan-pekerjaan pada akhir pecan,
sebagian besar remaja tidak mempunyai banyak waktu lagi untuk rekreasi seperti
ketika ia masih muda. Oleh karena itu, mereka memilih jenis-jenis kegiatan yang
paling mereka sukai atau yang mereka kuasai benar. Remaja yang tidak mempunyai
klik dan yang mempunyai sedikit teman terpaksa memusatkan perhatian pada bentuk
rekreasi yang bias dilakukan sendiri saja. (Elizabeth
B. Hurlock, 1980: 217-218)
b.
Minat Sosial
Minat yang bersifat sosial
bergantung pada kesempatan yang diperoleh remaja untuk mengembangkan minat
tersebut dan pada kepopulerannya dalam kelompok. Seorang remaja yang status
sosio-ekonomis keluarganya rendah, misalnya, mempunyai sedikit kesempatan untuk
mengembangkan minat pada pesta-pesta dansa dibandingkan dengan remaja dengan
latar belakang keluarga yang lebih baik. Begitu pula, remaja yang tidak populer
akan mempunyai minat sosial yang terbatas. (Elizabeth
B. Hurlock, 1980: 218-219)
c.
Minat-minat Pribadi
Minat pada diri sendiri merupakan
minat yang terkuat di kalangan kawula muda. Adapun sebabnya adalah bahwa mereka
sadar bahwa dukungan sosial sangat besar dipengaruhi oleh penampilan diri dan
mengetahui bahwa kelompok sosial menilai dirinya berdasarkan benda-benda yang
dimiliki, kemandirian, sekolah, keanggotaan sosial dan banyaknya uang yang
dibelanjakan. (Elizabeth
B. Hurlock, 1980: 219-220)
d.
Minat Pendidikan
Besarnya minat remaja terhadap
pendidikan sangat dipengaruhi oleh minat mereka pada pekerjaan. Kalau remaja
mengharapkan pekerjaan yang menuntut pendidikan tinggi maka pendidikan
pendidikan akan dianggap sebagai batu loncatan. Biasanya remaja lebih menaruh
minat pada pelajaran-pelajaran yang nantinya akan berguna dalam bidang
pekerjaan yang dipilihnya. Ada tiga macam remaja yang tidak berminat pada
pendidikan dan biasanya membenci sekolah.
Pertama,
remaja yang orang tuanya memiliki cita-cita tinggi yang tidak realistik
terhadap prestasi akademik, atletik atau prestasi sosial yang terus menerus
mendesak untuk mencapai sasaran yang dikehendaki. Kedua, remaja
yang kurang diterima oleh teman-teman sekelas, yang merasa tidak mengalami
kegembiraan sebagaimana dialami teman-teman sekelas dalam berbagai kegiatan
ekstra kurikuler. Ketiga, remaja yang matang lebih awal yang merasa
fisiknya jauh lebih besar dibandingkan teman-teman sekelasnya dank arena
penampilannya lebih tua dari usia yang sesungguhnya, seringkali diharapkan
berprestasi lebih baik di atas kemampuannya. (Elizabeth B. Hurlock, 1980:
220-221)
e. Minat pada Pekerjaan
Anak laki-laki biasanya lebih
bersungguh-sungguh dalam hal pekerjaan dibandingkan dengan anak perempuan yang
kebanyakan memandang pekerjaan sebagai pengisi waktu sebelum nikah. Anak
laki-laki menginginkan pekerjaan yang menarik dan menggairahkan tanpa
memperhatikan kemampuan yang di tuntut oleh pekerjaan atau oleh kesempatan yang
ada untuk memperoleh pekerjaan. Mereka juga menginginkan pekerjaan yang
bermartabat tinggi, sekalipun bayarannya lebih sedikit daripada berbagai
pekerjaan yang tidak terlampau bergengsi.
Banyak anak laki-laki dari keluarga
yang statusnya rendah, berharap mencapai status sosial yang lebih tinggi
melalui pekerjaan. Pada umumnya anak perempuan memilih pekerjaan yang
memberikan rasa aman dan yang tidak banyak menuntut waktu. Dalam memilih
pekerjaan, biasanya perempuan menekankan unsur melayani orang lain seperti
mengajar atau merawat. (Elizabeth
B. Hurlock, 1980: 221-222)
B.
Hasil Wawancara
Dalam penelitian ini, penulis
mencari responen untuk di interview. Terkait dengan perkembangan remaja,
penulis memilih remaja untuk dapat diinterview. Penulis memilih seorang remaja
laki-laki yang bernama Ilyas Aji Furqon. Ilyas Aji Furqon atau yang biasa
dipanggil Aji ini berusia 17 tahun yaitu kelahiran 23 Februari 2000. Aji telah
lulus SMA tahun ini 2017. Sebelumnya ia bersekolah di SMA Muhammaiyah Kudus.
Kebetulan Aji adalah saudara sepupu saya. Sehingga seikit banyak saya
mengetahui orangnya secara langsung. Setelah lulus Aji tidak langsung kuliah,
tapi ingin mengikuti jejak Ayahnya sebagai seorang pengusaha dekorasi
pengantin. Agar dapat menjadi anak yang mandiri dan sebagai bentuk berbakti
kepada orang tua. Setelah itu baru tahun depan ia berencana lanjut kuliah
Seperti remaja pada umumnya,
ia sudah mulai menunjukkan kemandiriannya. Baik dari segi finansial maupun berpikir.
Ia merasa tidak ingin membebani orang tua meskipun belum semuanya untuk tidak
berantung pada orang tua. Setidaknya dia berpikir bahwa orang tua sudah memberi
modal yang banyak dari segi pendidikan dan sekarang ingin bisa lebih mandiri
setidak meringankan beban orang tua. Apalagi Aji masih punya adek yang masih
sekolah SD. Otomatis dia harus bisa berpikir dewasa untuk adeknya.
Dalam pergaulan dengan teman-teman
sangat baik. Lebih mudah bergaul sehingga mempunyai banyak teman. Tapi disini
sisi baiknya adalah dia tidak mau ikut-ikutan yang sifatnya kurang baik seperti
merokok. Tentunya ini tidak jauh dari dukungan orang terdekatnya seperti orang
tua atau saudaranya. Karena yang namanya remaja memang harus diarahkan dengan
cara yang baik.
Segi fisik ia tumbuh dan berkembang
dengan baik. Itu juga dipicu oleh olah raga yang teratur karena hobinya adalah
futsal. Namun ciri-ciri fisik seperti tumbuh kumis belum terlalu menonjol.
Untuk ketertarikan lawan jenis itu sudah muncul layaknya remaja normal. Walaupun
Aji memahami apa yang orang dewasa pahami mengenai seks, ia tidak
memperlihatkan memalui pembicaraan meskipun dengan teman sebayanya. Karena dia
tahu bahwa remaja pasti menjadi sorotan masyarakat. Baik tingkah laku maupun
ucapan. Alat reproduksinya sudah berfungsi dengan ditandai mimpi basah yang
dialaminya.
Segi sosial ia lebih memilih untuk
tidak ikut serta dalam mengambangkan kemampuan atau kreatifitas dalam
bermasyarakat.
C.
Analisis
Melihat hasil wawancara penulis
dengan Ilyas Aji Furqon, banyak yang sudah sesuai dengan teori yang ada dan
umumnya pada remaja. Namun di sini penulis melihat ada satu masalah dalam
bermasyarakat ataupun dalam berinteraksi orang lain. Aji cenderung malu saat
bermasyarakat. Tidak seperti remaja umumnya yang tidak malu atau bahkan ikut
serta aktif dalam bermasyarakat. Ini menjadi masalah jika dibiarkan. Karena
bagaimanapun juga nantinya ia pasti harus hidup bermasyarakat.
Jadi menurut penulis yang tidak
sesuai adalah tugasnya sebagai remaja yang seharusnya mengembangkan konsep dan
keterampilan intelektual yang sangat diperlukan untuk melakukan peran sebagai
anggota masyarakat, namun tidak ia lakukan. Penyebabnya adalah karena ia malu
untuk berinteraksi dengan masyarakat, sehingga enggan untuk mengembangkan
kemapuannya.
Sebagai remaja awal, dia mengetahui
kekurangannya/tidak sesuai apa yang seharusnya ia berinterasi dengan
masyarakat. Mengetahui kekurangannya itu, dia tidak tinggal diam untuk
mengaitasi hal tersebut. Tentunya dengan dukungan orang tua dan saudaranya. Bahkan
untuk mengatasi hal tersebut penulis sering mengajak ia untuk ikut serta aktif
pada kegiatan masyarakat. Seperti ikut pengajian, gotong royong, maupun ikut
andil dalam organisasi masyarakat. Sedikit demi sedikit hal tersebut akan
membawa ke arah yang seharusnya dilakukan oleh remaja.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
1.
Perkembangan remaja merupakan
proses menuju kematangan.
2.
Hasil wawancara mengenai
perkembangan remaja banyak yang sudah relevan terhadap teori-teori yang ada.
3.
Hasil analisis menunjukkan
perkembangan remaja pada responden ada yang tidak sesuai yaitu terkait dengan
tugas remaja mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat
diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat
B.
Saran
Demikianlah makalah yang kami
susun. Semoga dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan kita tentang
Perkembangan Remaja dalam mata kuliah Ushul Fiqih kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak sangat kami harapkan demi perbaikan makalah ini.
C. Lampiran
DAFTAR
PUSTAKA
Hurlock Elizabeth. Psikologi Perkembangan (
Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan). Jakarta : Erlangga. 1980.
Desmita. Psikologi Perkembangan. Bandung : PT
Remaja Rosdkarya. 2009.
Mohammad Ali dan Mohammad
Asrori. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta didik. Jakarta:
PT Bumi Aksara. 2005.
Posting Komentar untuk "Analisis Perkembangan Remaja"