Perencanaan Pendidikan dan Model Belajar Mengajar
PERENCANAAN PENDIDIKAN DAN MODEL BELAJAR MENGAJAR
Choirul Annas, S.Pd
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
A. Latar Belakang
Dalam mengkaji
pendidikan agama Islam yang dapat meningkatkan kecerdasan kognitif, afektif dan
psikomotorik peserta belajar, tidak dapat dilepaskan dengan unsur-unsur
seperti: guru, siswa, kurikulum, lingkungan, serta model pembelajaran yang
dipilih oleh guru. Aspek-aspek tersebut akan sangat menentukan hasil belajar
yang diharapkan baik yang berupa dampak pengajaran maupun dampakpenggiringnya.
Model
pembelajaran merupakan suatu rencana mengajar yang memperhatikan pola
pembelajaran tertentu. Model-model belajar mengajar berkembang sesuai dengan
perkembangan kebutuhan peserta didik. Guru yang profesional dituntut mampu
pengembangkan model perbelajaran, baik teoritik maupun praktek, yang meliputi
aspek-aspek, konsep, prinsip, dan teknik. Memilih model yang tepat merupakan
persyaratan untuk membantu siswa dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Model
belajar mengajar berpengaruh secara langsung terhadap keberhasilan belajar
siswa.
Belajar adalah
sesuatu kegiatan yang tidak terpisahkan dalam kehidupan manusia. Kegiatan
belajar dapat mengembangkan potensi-potensi yang dibawa sejak lahir.
Komponen-komponen yang ada dalam kegiatan pembelajaran adalah guru dan siswa.
Seorang guru dituntut mempunyai pengetahuan, keterampilan dan sikap yang
profesional dalam memberikan pembelajaran terhadap siswa-siswanya.
Perkembangan
pengetahuan saat ini telah melaju dengan pesat dan erat hubungannya dengan
perkembangan tekhnologi. Maka seharusnya seorang guru harus mampu menyesuaikan
kondisi perkembangan yang telah ada saat ini dengan lebih mengembangkan sesuatu
pembelajaran dan membuat model perencanaan pembelajaran dengan baik supaya
proses belajar mengajar dapat berjalan dan terkontrol dengan baik dan
sistematis.
B. B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan perencanaan
pendidikan?
b. Apa saja model belajar mengajar?
BAB II
PEMBAHASAN
A. A. Perencanaan Pendidikan
Perencanaan
pendidikan mempunyai peran penting dan berada pada tahap awal dalam proses
manajemen pendidikan, yang di jadikan sebagai panduan bagi pelaksanaan,
pengendalian, dan pengawasan penyelenggaraan pendidikan.
Menurut
Kaufman dan Hadikumoro, perencanaan merupakan suatu proyeksi tentang apa yang
harus dilaksanakan guna mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan.
Sebagai suatu proyeksi, perencanaan memiliki unsur kegiatan mengidentifikasi,
menginventarisasi dan menyeleksi kebutuhan berdasarkan skalaprioritas,
mengadakan spesifikasi yang lebih rinci mengenai hasil yang akan dicapai,
mengidentifikasi persyaratan atau kriteria untuk memenuhi setiap kebutuhan,
serta mengidentifikasi kemungkinan alternatif, strategi, dan sasaran bagi
pelaksanaannya.
Kebutuhan
terhadap perencanaan pendidikan diakibatkan oleh adanya kompleksi tasmasyarakat
dewasa ini, seperti masalah jumlah penduduk, kebutuhan akan tenaga kerja,
masalah lingkungan, dan adanya keterbatasan sumber daya alam. Perencanaan
berfungsi sebagai pemberiarah bagi terlaksananya aktivitas yang disusun secara
komprehensif, sistematis, dantransparan.
Roger A.
Kaufman (Harjanto 1997: 2) mengemukakan bahwa, “perencanaan adalah proyeksi
(perkiraan) tentang hal-hal yang diperlukan dalam rangka mencapai tujuan yang
absah dan bernilai.
Muhammad
Afandi yang mengutip dari berbagai pendapat ahli tentang perencanaan,
menguraikan bahwa perencanaan berkaitan dengan penentuan segala sesuatu yang
akan dilakukan. Perencanaan mendahului pelaksanaan suatu kegiatan, mengingat
perencanaan merupakan proses untuk menentukan tujuan dan mengidentifikasikan
persyaratan yang diperlukan dengan cara yang paling efektif dan efisien.
Berpangkal
dari pemahaman tersebut, perencanaan mengandung enam pokok pikiran, yaitu:
a. Perencanaan
melibatkan proses penetapan keadaan masa depan yang diinginkan
b. Keadaan masa
depan yang diinginkan kemudian dibandingkan dengan keadaan sekarang, sehingga
dapat dilihat kesenjangannya
c. Untuk
menutup kesenjangan itu perlu dilakukan usaha-usaha
d. Usaha yang
dilakukan untuk menutup kesenjangan dapat beragam dan merupakan alternatif yang
mungkin ditempuh
e. Pemilihan
alternatif yang paling baik, dalam arti yang mempunyai efektivitas dan
efesiensi yang paling tinggi perlu dilakukan
f. Alternatif
yang dipilih harus diperinci sehingga menjadi pedoman dalam pengambilan keputusan
apabila akan dilaksanakan
Y. Dror (Don
Adami, 1078) mendefinisikan perencanaan pendidikan sebagai “As the process of
preparing a set of decisions for action in the future for the overall economic
and social development of a country.”
Artinya,
proses persiapan serangkaian keputusan pada masa depan untuk pembangunan
ekonomi dan sosial secara menyeluruh dari suatu negara. Jadi, secara
konsepsional, perencanaan pendidikan itu ditentukan oleh cara, sifat, dan
proses pengambilan keputusan, sehingga banyak komponen yang ikut berproses di
dalamnya.
Coombs dalam
bukunya What is Educational Planning merumuskan bahwa perencanaan pendidikan
adalah penerapan yang rasional dari analisis sistematis proses perkembangan
pendidikan agar lebih efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan dan tujuan
para murid serta masyarakat. Adapun Nanang Fattah menjelaskan bahwa perencanaan
pendidikan sebagai keputusan yang diambil untuk melakukan tindakan selama waktu
tertentu (sesuai dengan jangka waktu perencanaan) agar penyelenggaraan sistem
pendidikan menjadi lebih efektif dan efisien, serta menghasilkan lulusan yang
lebih bermutu dan relevan dengan kebutuhan pembangunan.
Perencanaan
yang baik adalah perencanaan yang paling mungkin untuk dilaksanakan. Melalui
perencanaan dapat dijelaskan tujuan yang akan dicapai, ruang lingkup pekerjaan
yang akan dijalankan, orang-orang yang terlibat dalam pekerjaan itu, berbagai
sumber daya yang diperlukan, sertalangkah-langkah dan metode kerja yang dipilih
berdasarkan urgensi dan prioritasnya.
Ketepatan
dan keberhasilan dalam perencanaan menjadi barometer suksesnya pelaksanaan
kegiatan dan bermaknanya proses pengen dalian kegiatan serta menjadi kunci bagi
efisiensi pemanfaatan berbagai sumberdaya dan efektivitas dalam pencapaian
tujuan.
B.
B. Model Belajar Mengajar
1. Model Pembelajaran Berbasis Portofolio
Model
pembelajaran berbasis portofolio merupakan alternatif cara belajar siswa aktif
(CMGA). Karena sebelum selama dan sesudah proses belajar mengajar guru dan
siswa dihadapkan pada sejumlah kegiatan.
Sedangkan
menurut Budiono (2001:1) model pembelajaran berbasis portofolio merupakan satu
bentuk dari praktik belajar kewarganegaraan, yaitu suatu inovasi pembelajaran
yang dirancang untuk membantu peserta didik memahami teori secara mendalam
melalui pengalaman belajar praktik-empirik.
2. Model Pembelajaran Simulasi
Model
pembelajaran simulasi adalah metode mengajar yang mendramatisasikan suatu
situasi sosial yang mengandung suatu problem, agar peserta didik dapat
memecahkan suatu masalah yang muncul dari suatu situasi sosial.
Tujan
pembelajaran simulasi, sesuai dengan jenis belajar menurut Hamalik, (2008:199)
adalah:
a. Belajar dengan berbuat. Para siswa melakukan
peranan tertentu sesuai dengan kenyataan sesungguhnya. Tujuannya untuk
mengembangkan keterampilan-keterampilan interaktif atau
keterampilan-keterampilan reaktif.
b. Belajar melalui peniruan (imitasi). Para siswa
pengamat drama menyamakan diri dengan pelaku (aktor) dan tingkah laku mereka.
c. Belajar melalui balika. Para pengamat
mengomentari (menanggapi) perilaku para pemain/ pemegang peran yang telah
ditampilkan. Tujuannya untuk mengembangkan prosedur-prosedur kognitif dan
prinsip-prinsip yang mendasari perilaku keterampilan yang telah
didramatisasikan.
d. Belajar melalui pengkajian, penilaian, dan
pengulangan. Para peserta dapat memperbaiki keterampilan-keterampilan mereka
dengan mengulanginnya dalam penampilan berikutnya.
3. Model Pembelajaran Kontekstual
Model
pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara
materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong
peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh
komponen utama pembelajaran efektif, yakni konstruktivisme (contructivism),
bertanya (questiming), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (Learning
Community), pemodelan (modeling), dan penilaian sebenarnya (Authentic
Assesment).
Tujuan
pembelajaran kontekstual adalah untuk membekali anak didik berupa pengetahuan
dan kemampuan (skill) yang lebih realistis karena inti pembelajaran ini adalah
untuk mendekatkan hal-hal yang teoritis ke praktis.
4. Model Pembelajaran Kooperatif
Model
pembelajaran kooperatif (cooperative Learning) adalah sistem pengajaran yang
memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa
dalam tugas-tugas yang terstruktur.
Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok tradisional yang menerapkan sistem kompetisi, di mana keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya.
BAB III
PENUTUP
A. A. Kesimpulan
Perencanaan
Pendidikan merupakan suatu keputusan yang diambil untuk melakukan tindakan
selama waktu tertentu sesuai dengan jangka waktu perencanaan agar
penyelenggaraan sistem pendidikan menjadi lebih efektif dan efisien, serta
menghasilkan lulusan yang lebih bermutu dan relevan dengan kebutuhan
pembangunan.
Model belajar mengajar, yaitu:
1. Model Pembelajaran Berbasis Portofolio
2. Model Pembelajaran Simulasi
3. Model Pembelajaran Kontekstual
4. Model Pembelajaran Kooperatif
DAFTAR PUSTAKA
Manap
Somantri, PerencanaanPendidikan, Bogor: PT Penerbit IPB Press, 2014.
Hasan Basri,
Landasan Pendidikan, Bandung: CV Pustaka Setia, 2013.
Udin
Syaefudin Sa’ud & Abin Syamsuddin Makmun, Perencanaan Pendidikan: suatu
pendekatan komprehensif, Bandung: Remaja Rosdakarya bersama UPI, 2007.
Nanang
Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001.
Tukiran
Taniredja dkk, Model-model Pembelajaran Inovatif, Bandung: Alfabeta, 2011.
Posting Komentar untuk "Perencanaan Pendidikan dan Model Belajar Mengajar"